Pertanyaan ibarat ini mungkin jarang ditanyakan di negara-negara Barat sana, dan mungkin paling banyak ditanyakan di Indonesia.
Pasalnya meski masyarakat Indonesia ketika ini sudah lebih “akrab” dengan obat-obatan modern, namun tetap tidak bisa meninggalkan obat-obatan tradisional begitu saja.
Beberapa lapisan masyarakat bahkan masih lebih suka mengkonsumsi obat tradisional ketika sakit.
Dibandingkan dengan obat modern, obat tradisional atau kerap juga disebut juga sebagai “jamu” ini memang mempunyai beberapa kelebihan.
Meski umumnya imbas yang ditimbulkan agak lambat dibanding obat modern.
Jamu merupakan obat yang murah, gampang didapat ( alasannya ialah umumnya dibentuk dari bahan-bahan di lingkungan sekitar ), relatif lebih kondusif dari imbas samping dan lebih alami.
Karena itu menjadi suatu hal yang masuk akal bila jamu tetap menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia.
Bahkan masyarakat paling modern sekalipun sering kali “menoleh” memakai ke pengobatan alternative obat tradisional jamu, terutama ketika obat-obatan modern yang dikonsumsinya belum juga bisa menyembuhkan penyakitnya.
Misalnya, ketika sedang terjangkit penyakit DBD, selain mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, juga mengkonsumsi Angkak atau reramuan dari jambu biji.
Lihat :
Dan hal ibarat ini sudah menjadi fenomena umum.
Sehingga sering timbul pertnyaan ibarat di atas, bolehkah minum jamu bersamaan dengan minum obat ?
Beberapa orang yang telah melaksanakan pengobatan kombinasi ini – pengobatan medis bersamaan dengan pengobatan tradisonal jamu – selama ini menyatakan aman-aman saja.
Tidak terjadi dampak apa-apa terhadap kesehatannya.
Namun hal ibarat ini bergotong-royong tidak berlaku pada semua jenis obat dan semua jenis jamu.
Berdaskan sebuah penelitian yang dimuat dalam the Journal of American College of Cardiology, para mahir medis menyarankan semoga lebih berhati-hati ketika mengkonsumsi obat-obatan kimia bersamaan dengan mengkonsumsi obat tradisional jamu.
Terutama yang mengandung Ginkgo Biloba, yang dikenal sebagai zat pemacu konsentrasi.
Menurut hasil penelitian mengkonsumsi jamu yang mengandung Ginkgo biloba bersamaan dengan obat ( kimia) dari dokter ternyata sanggup berakibat kepada terjadinya gangguan detak jantung.
Dan hal ini akan lebih berbahaya ketika yang mengkonsumsi ialah orang-orang yang cukup lanjut usia. Padahal sebagaimana diketahui, yang lebih “suka” mengkonsumsi jamu kebanyakan ialah para lansia. Kaum muda dan anak-anak, mana mau ? Pahit, katanya.
Pasalnya para lansia umumnya tubuhnya lebih rentan terhadap penyakit dan menderita lebih dari satu penyakit jantung-pembuluh darah.
Dr Arshad Jahangir dari Mayo Clinic, Arizona menyampaikan :
“Kadang, mereka tidak tahu bahwa ramuan herbal berefek negatif. Mereka hanya tahu bahwa yang alami itu lebih aman”.
Karena itu ada baiknya lebih hati-hati, ketika memakai cara pengobatan kombinasi – minum obat dari dokter dan dengan obat tradisional jamu.
Cara yang paling kondusif untuk memakai obat tradisional jamu dengan obat kimia ialah dengan mengkonsultasikannya dengan dokter yang menangani.
Dokter biasanya akan menunjukkan klarifikasi dan saran terbaik bagi pasiennya. Namun terlepas dari itu, bagaimanapun juga, obat tradisional jamu tetap merupakan salah satu metode pengobatan yang paling kondusif dan alami. Praktis didapat dan murah pula.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari The Council for Responsible Nutrition, yaitu sebuah forum yang mewadahi industri pengobatan, yang menyatakan bahwa materi herbal (dari perusahaan dengan reputasi bagus) lebih baik dan lebih aman.
Bagaimanapun juga, pengobatan tradisional dengan jamu merupakan salah satu warisan maha karya nenek moyang bangsa Indonesia yang tetap dan harus dilestarikan.
Tambahan lagi, bahan-bahan herbal yang berkualitas melimpah ruah di bumi Nusantara.
Lihat juga :
Bolehkah Minum Jamu Bersamaan Dengan Minum Obat ? Ini Klarifikasi Medisnya
4/
5
Oleh
tess